SEJARAH KARAWANG YANG TERTULIS DI MUSIUM PERJUANGAN INDONESIA

sumber : Bupala

Pada zaman Kerajaan Padjadjaran yang dipimpin oleh Sri Baduga Maha Raja, Karawang merupakan salah satukota dari Pajajaran yang merupakan kota Pelabuhan di tepi Sungai Citarum. Bupati Pertama adalah Adipati Kertabumi IV yang dikenal Singaperbangsa yang secara turun temurun menjabat Bupati Karawang, pernah menjadi sebagai bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan Mataram dan pemerintah Hindia Belanda sampai datangnya kekuasaan Inggris. Pada masa Pemerintahan Inggris (tahun 1811-1816)

Kabupaten Karawang dihapuskan dan baru dihidupkan kembali sekitar tahun 1820 dan Bupati pertamanya R.A.A. Surianata. Sejarah kedudukan Ibu Kota Kabupaten Karawang adalah :

 
  1. Kabupaten Karawang dengan Ibu Kotanya di Karawang dari tahun 1653-1819 (166) tahun
  2. Kabupaten Karawang Ibukotanya di Wanayasa dari sekitar tahun 1820-1830 (10) tahun
  3. Kabupaten Karawang dengan Ibukotanya di Purwakarta dari tahun 1830-1449.Melalui keputusan Wali Negara Pasundan tanggal 29 Januari 1949 Nomor 12 Kabupaten Karawang dipecah menjadi 2
  4. yaitu Karawang Barat dengan Ibu Kota Karawang dan Karawang Timur menjadi Kabupaten Purwakarta dengan Ibu kota di Subang
  5. Dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat tahun 1950. Karawang secara resmi dinyatakan sebagai Kabupaten yang berdiri sendiri dengan Ibukota di Karawang

Saat ini Kabupaten Karawang dibagi atas 3 Kewedanaan, 12 Kecamatan dan 112 Desa dan ditetapkan bahwa Kabupaten Karawang didirikan pada tahun 1633 Masehi. Sekarang Karawang telah terbagi menjadi 30 Kecamatan dan terdiri dari 309 Desa.

Pelat Kuningan Kandang Sapi Gede

sumber : Bupala

Jabatan Wiraperbangsa sebagai Wedana di Karawang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Raden Singaperbangsa yang di anugrahi gelar Adipati Kertabumi IV memerintah di Karawang pada tahun 1633-1677. tugas pokok Raden Singaperbangsa di awal kepemimpinannya adalah mengusir VOC (Belanda) di Batavia.
Untuk itu, Raden Singaperbangsa membangun pesawahan untuk kebutuhan logistik semasa perang. Selain itu, Raden Singaperbangsa juga mendapat tambahan 2000 keluarga.
Pembangunan pusat logistik dan pesawahan demi memenuhi kebutuhan logistik perang itu tersurat dalam “Piagam Pelat Kuning Kandang Sapi Gede” yang bunyinya adalah sebagai berikut; “panget ingkang Piagam Kanjeng ing Ki Rangga Gede ing Sumedang kagadehaken ing si Astrawardana. Mulane sun gdehi peagem, sun kongkon anggraksa kaagengan dalem siti Nagara Agung, kilen waten Cipamingkis, wetan wates Cilamaya, serta kon anunggoni lumbung isina Pun Pari Limang tkes punjul tiga welas jait. Basakala tan anggrawahani piagem, lagi lampahipan Kyai Yudha-bangsa kaping kalih ki wangsa Taruna, ingkang potusan Kanjeng Dalem Ambakta tata titi yang kalih ewu;
Wadana nipun Kyai Singaperbangsa, kalih ki Wirasaba kang dipunwadanahakeun ing manir. Sasangpun katampi dipunrenahakeun Waringinpitu lan ing Tanjungpura,
anggraksa siti NagaraGung Bongan Kilen, kala nulis piagem ing dina rebo tanggal ping sapuluh sasi Mulud tahun alif. Kang anulis piagem manira anggaprana titi”.
Terjemahan isi piagam tersebut didalam bahasa Indonesia adalah; “Peringatan piagam Raja kepada Ki Ranggagede di Sumedang diserahkan kepada Si Astrawardana. Sebabnya maka saya serahi piagam, ialah karena saya berikan tugas menjaga tanah negara agung di sebelah timur berbatas Cilamaya, serta saya tugaskan menunggu lumbung berisi Padi lima takes lebih tiga welas jahit. Adapun padai tersebut diterima oleh Ki Singaperbangsa,
baskalatan yang menyaksikan piagam dan kedua Ki Wangsataruna yang diutus oleh Raja untuk pergi dengan membawa 2000 keluarga. Pimpinannya adalah Kyai
Singaperbangsa serta Ki Wirasaba. Sesudah piagam diterima, kemudian mereka ditempatkan di Waringinpitu dan di Tanjungpura. Tugasnya adalah menjaga tanah nagara agung di sebelah barat. Piagam ini ditulis pada hari Rabu tanggal 10
bulan Mulud tahun Alif. Yang menulis piagam ini ialah saya, Anggaprana. Selesai”.
Demikian isi ‘Piagam Pelat Kuningan Kandang Sapi Gede’ yang dibuat pada tanggal 10 bulan Mulud tahun Alif
atau hari Rabu tanggal 10 Rabi’ul awal tahun 1043 hijriah, yang bertempatan dengan tanggal 14 September 1633 Masehi dan pada hitungan tahun Jawa/Saka adalah hari Rabu tanggal 10 Mulud 1555.
Tanggal yang tercantum dalam isi Piagam Pelat Kuningan Kandang Sapi Gede kemudian dijadikan sebagai “Hari Jadi Kabupaten Karawang”. Penetapan tanggal itu berdasarkan hasil penelitian panitia sejarah yang dibentuk dengan surat Keputusan Bupati Kepala daerah Tingkat II
Karawang, Letkol (inf) H. Husni Hamid dengan SK-nya nomor 170/PEM/H?SK/1968 pada tanggal 1 Juni 1968. adapun bukti hasil penelitian dan pengkajian itu terdapat dalam tulisan para pakar sejarah yakni; Dr. Brenes dalam “Tyds Taal Land en Volkenkude’ XXVIII halaman 352, 355 yang menetapkan tahun 1633 sebagai tahun jadinya Karawang.
Ada juga tulisan ilmuwan Dr. R. Asikin Wijayakusumah dalam “tyds Taalland en volkenkunde’ XXVIII 1937 afl. 2, halaman 188-200 Tyds Batavisch Genot schap DI. 77, 1937 halaman 178-2005 yang menetapkan tahun 1633 sebagai tahun jadi Karawang.
Begitu pula tertulis pada batu nisan makam Penembahan Kyai Singaperbangsa di Manggung Ciparage desa Manggungjaya Kecamatan Cilamaya yang bertuliskan angka 1633-1677 dalam huruf latin dan tulisan Mas Sutakarya berjudul babd Karawang yang menetapkan tahun 1633 sebagai tahun jadi Karawang